Pemoeda 2.0 dan Soempahnja

Bung Karno pernah berkata: beri aku sepuluh pemuda, maka aku akan guncangkan dunia. Pemuda memang punya power, di era Belanda berkuasa sebut saja, mereka konon sangat ditakuti karena berpeluang menggulingkan kolonial dengan pemikirannya.  Kongres sebelum Sumpah Pemuda diproklamirkan pun, digelar diam-diam agar tak terendus polisi Belanda.


Di era serba digital, masihkah pemuda punya taring mengubah bangsa? Jawabnya, ya! Hanya saja, caranya bisa jadi tak lagi sama.


Masih ingat dengan gerakan Indonesia Unite yang gaungnya mendunia ketika bom kembali mengguncang Jakarta?  Para pemuda lah yang berkiprah di balik gerakan itu.  Seketika, segala batas suku-agama-ras yang selama ini (kembali) mengungkung negara kita, roboh digerus kesadaran akan pentingnya kebersamaan di atas segalanya. Fenomena menggembirakan ini tentu saja membuat saya kembali menarik sudut bibir ke atas, optimis bahwa pemuda negeri ini masih nasionalis dan tak pernah rela tanah airnya direbut penjajah era baru.


Pemuda, selalu punya cara untuk berkiprah.  Intelektualitas yang menjadi andalan dalam mempersatukan bangsa dan mengusir penjajah, kini diejawantahkan dalan versi yang berbeda namun dengan esensi yang serupa.  Jika dulu pergerakan dilakukan secara konvensional, kini pemuda memilih media digital sebagai senjata.  Indonesia Unite hanyalah satu contoh kecil bagaimana dunia digital menyatukan kita.  Teknologi, menyulut pemuda menyuarakan aspirasi melalui microblogging dan blog.  Akui saja, demografis pengakses internet tanah air memang masih didominasi kaum muda yang selalu terbuka akan perubahan dan tak sungkan menjamah hal baru bernafaskan tekno.  


Orang bilang, generasi sekarang makin asing dengan sekitar.  Rasanya kalimat tersebut perlu dikoreksi jika mengamati perkembangan pergerakan pemuda di dunia digital.  Tak sedikit komunitas berbasis anak muda justru hadir dari pertemanan di dunia maya: bloggers dan start up lokal misalnya menebar aura positif bagi sekeliling dan lagi-lagi digawangi anak muda melek teknologi.  Membuktikan ini, puluhan bloggers tanah air pun kembali berikrar menjaga keutuhan bangsa lewat event Soempah Pemoeda 2.0 yang digagas oleh XL. 


Soempah Pemoeda 2.0, bukan hanya sekedar menghadirkan bloggers untuk berikrar.  Dibuka tarian yang kental dengan nuansa tradisional, event ini juga menghadirkan bincang-bincang tokoh nasional mengulas kembali sejarah dan kiprah pemuda. Anhar Gonggong, Imam Prasodjo, Sudiyanto, Adrie Subono hingga Iman Brotoseno berdiskusi lincah dipandu Jaya Suprana. Di generasi terkini, duet cantik violis muda dan vokalis bersuara indah menggetarkan Museum Kebangkitan Nasional dengan lagu kebangsaan yang juga pernah dimainkan WR Supratman 82 tahun lalu. Puncaknya, ketika para bloggers dari berbagai daerah bersuara satu mengikrarkan kembali janji bertanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.  Uniknya, bloggers membacakan sumpah yang sama dengan pendahulunya ini melalui handset masing-masing.  Cara cerdas yang merepresentasikan bagaimana kedekatan pemuda kini dengan dunia digital, namun tetap menjunjung nasionalisme. 


Menarik, menyaksikan bagaimana para netizen berusia muda itu menerabas batas perbedaan bahasa, suku dan agama untuk bersama mengikrarkan lagi Sumpah Pemuda seperti pendahulunya 82 tahun lalu.  Dalam rangkaian napak tilas Soempah Pemoeda ini, pemuda diajak kembali menelusuri sejarah lewat berbagai memorabilia yang tersebar di lokasi: Monumen Kebangkitan Nasional dan Monumen Sumpah Pemuda: saksi bisu perjuangan bangsa.  Hal yang sangat disayangkan, betapa banyak monumen bersejarah terabaikan dan beralih rupa menjadi kawasan komersil. 


Soempah Pemoeda 2.0 memang bukan sekedar ikrar yang dipahat di atas prasasti atau sederet aksara yang terbaca pada device kita, melainkan janji hati untuk setia pada keutuhan negeri.  Dan, pemuda era digital membuktikan itu.  





Share on Google Plus

About e-no si nagacentil

Cerdas, ceriaa, centil
    Blogger Comment

4 comments:

Lilis said...

Artikelnya mantap.. Selamat ya atas kemenangannya.. Salam kenal

Ade Sri said...

uhuy! Manstaps!

e-no si nagacentil said...

@lilis makasiiih :-)

e-no si nagacentil said...

@adesri masih kalah mantab sama Goodiebake lah hiihi